Tuesday 20 February 2018

Kamu, Rindu Lalu Pilu



kita telah dikutuk waktu
hingga menjadi masa lalu,
jarum jam hanya pengingat
waktu yang tepat telah lewat


jika punya pilihan
barang tentu ingin berjalan
tapi kaki-kaki saya terlampau berat
terpasung kesedihan yang teramat

satu waktu kamu berkata
"bahagia itu sesederhana kata bersama"
lalu kamu menghilang ditelan hujan
lalu gerimis saya namai kesedihan
di langit ini saya temukan cinta
lalu kehilangannya di langit yang sama

pada sehelai surat cinta
saya temukan namamu sebagai pengirimnya
dan ucapan "selamat tinggal" sebagai penutupnya.

setelah kamu,
rindu,
lalu pilu.

Erka krisna

Dan

Dan kubacakan sebuah mantra yang hanya bisa dimengerti daun-daun yang gugur serta dahan-dahan yang renggas dimakan usia,
lalu kusebutkan sebuah nama pada larik kedua: namamu.


Dan kutulis kembali mantra itu pada selembar kertas usang yang pernah kausentuh dengan jari-jari lembutmu,
lalu kutuliskan sebuah catatan kecil berisi kalimat rindu "katresna nanceb nurih kana sajeroning dada."


Dan kusimpan kertas itu pada sebuah almari tua dimana pernah kau simpan sebuah cita-cita masa depan kita: almari ini akan menjadi saksi kisah kita.
Dan kutulis sebuah puisi pada sebuah senja yang untuk mengenang masalalu puisi ini tercipta.

Erka Krisna


Kau Bersama Dia, Aku Bersama Doa

"Kau bersama dia, aku bersama doa." Seorang gadis mengabarkan kesepian pada bantal, vas bunga, dan semut-semut yang berbaris di daun jendela. Di langit sana, bulan tidaklah terang meski sedang benderang. Lalu, ia melihat sebingkai wajah yang lamat-lamat pergi bersama sesosok gadis pencuri hati, lalu hilang, lalu hening; lalu mata gadis itu gerimis dan asin; lalu ia kabarkan sesak kepada Tuhan disertai doa-doa dari palung hati terdalam.

"Kau bersama dia, aku bersama doa." Masa lalunya tinggal dan mengganjal, demikian perih hingga sesak tiada terperi. Lalu ia sembunyikan sakit pada berbingkai senyum yang berbohong. Jika kalian menemuinya, pandanglah! Akan kalian temukan getar pada bibir, juga samudera yang bisa kapan saja meluap di matanya. Rasakanlah! Ada kesedihan yang begitu dalam di hatinya.

Kau bersama dia, aku bersama doa: semoga kutemukan senyum yang jujur meski hatimu terlanjur hancur; semoga kutemukan tawa yang nyata meski hatimu kadung terluka, semoga kau selalu bahagia.

Erka krisna

Menuju Malam-Malam Sepi

Malam ini, ingin kuucapkan selamat tinggal kepada mimpi dan malam-malam penuh rindu sebelum engkau memilih pergi dan memupus semua harapan itu.
Lagipula, katamu, kita tidak hidup untuk berharap, lalu kecewa pada kenyataan yang kita tahu secara tiba-tiba.

Hidup sudah terlampau penuh dengan rasa sakit, dan jatuh cinta, katamu lagi, sama halnya dengan memilih untuk menghimpun segala pahit.

Setelah malam ini, aku akan memilih kembali saja pada malam-malam sepi dimana seringkali kutuliskan puisi-puisi tentang lirih detak-detik jarum jam, juga tentang doa-doa perihal bidadari yang tak jua Tuhan kirimkan.

Erka Krisna

Puisi Pertana

Ini puisi pertama semenjak tak kutemukan lagi harapan di pelupuk mata senja. Malam telah menculik dan menyembunyikanmu di tempat yang aku tak tahu di mana.

Jika di sana kau berharap aku menangis dan menghawatirkanmu. Sedang kulakukan, tapi aku tahu malam akan menjagamu dengan baik, tak seperti aku yang hanya bisa membuat hatimu sakit.

Tenang saja. Jika kelak malam telah bosan merawatmu, kau tentunya tahu tempat tinggalku adalah kenangan. Datanglah kesana, akan kau temukan diriku sedang mendekap bayang-bayang.

Jika saat itu aku mengatakan kata 'kecewa', kau hanya perlu berjanji untuk tidak mengulanginya lagi, lalu tersenyum, sebab senyummu adalah sebaik-baik penyembuh luka

Erka Krisna

Sebatas Ingin

Hujan ini terlalu dingin,
kenanganmu
bisakah kutitipkan pada angin?
rasanya terlampau sakit
untuk dinikmati


di laci almariku kusimpan
sebuah cincin
yang tak sempat kusematkan
di jarimu yang manis
warnanya masih tetap sama
emas kecemasan seperti senja

setiap hari, menatap hujan
sama halnya dengan meratapi kesedihan, setiap tetesnya
adalah luka paling nyeri
dalam hati


Kesepian ini terlalu dingin
memelukmu
hanya kulakukan sebatas ingin.

Erka Krisna